DIIRINGI HUJAN, WARGA TRAUMA

ERUPSI: Gunung Gamalama menyemburkan abu vulkanik sekitar pukul 06.28 WIT, kemarin (3/8).
ERUPSI: Gunung Gamalama menyemburkan abu vulkanik sekitar pukul 06.28 WIT, kemarin (3/8).

TERNATE – Sempat adem-ayem saja selama setahun lebih, pagi kemarin (3/8) Gunung Api Gamalama kembali mengalami erupsi. Gunung setinggi 1.715 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu menyemburkan abu vulkanik dengan ketinggian sekitar 500 hingga 600 meter dari kawah gunung sekira pukul 06.28 WIT. Gemuruh letusan dan abu yang bertiup ke tenggara, utara dan selatan Kota Ternate sempat membuat panik warga yang langsung berhamburan ke luar rumah.

Tiga kecamatan di Ternate, yakni Ternate Utara, Ternate Tengah, dan Ternate Selatan menjadi sasaran hembusan abu vulkanik. Ternate Utara merupakan yang terparah. Pantauan Malut Post kemarin, abu vulkanik menyelimuti seluruh ruas jalan yang ada di Kota Ternate. Tak ayal, arus lalu lintas sempat terhambat sebab ketebalan abu mencapai 2 sentimeter. Sejumlah aktivitas primer pun terpaksa dibatalkan lantaran kondisi kota yang tak memungkinkan.

Staf Pos Pengamatan Gunung Api Gamalama Martanto saat ditemui di ruang kerjanya mengatakan, erupsi dipicu oleh gempa bumi berkekuatan 4.6 skala Richter (SR), sekitar 86 kilometer dari barat daya Halmahera Barat dengan kedalaman 18 kilometer, kemarin. ”Gempa itu sendiri terjadi akibat pergeseran lempeng di dasar laut. Akibat guncangan gempa, berpengaruh terhadap dapur magma Gunung Gamalama yang selanjutnya pada pukul 06.28 WIT terjadi erupsi tipe eksplosif lemah berupa hembusan abu berwarna putih kelabu hingga abu-abu dengan tinggi sekitar 500 sampai 600 meter,” terang Martanto.

Berdasarkan rekaman seismograf, dalam sehari kemarin terjadi lima kali gempa tektonik dengan amplitudo 1,5-46 milimeter. Ada pula gempa vulkanik sebanyak satu kali dengan amplitudo 13 milimeter. ”Sedangkan gempa tremor yang terekam terjadi sebanyak lima kali dengan amplitudo 1,5-6 milimeter. Sementara gempa hembusan terjadi sebanyak empat kali dengan amplitudo 1,5-7 milimeter,” jabar Martanto.

Dia juga mengatakan, setelah terjadi semburan abu vulkanik pada 06.28 WIT, kemudian kembali terdengar suara gemuruh sebanyak tiga kali pada pukul 07.09 WIT, 07.12 WIT dan 07.13 WIT. ”Setelah suara gemuruh itu, kemudian hembusan abu vulkanik mulai turun. Posisi semburan abu vulkanik itu berada di sebelah timur Gunung Gamalama, bukan berada di posisi lubang dasarnya,” tuturnya.

Martanto mengaku bahwa sebelum mengeluarkan abu vulkanik pagi kemarin, aktivitas Gunung Gamalama sudah mengalami peningkatan sejak 31 Juli. Seismograf milik Pos Pengamatan mencatat telah terjadi hembusan dan gempa tremor beberapa kali sebelumnya. ”Kami sempat memprediksi bahwa akan terjadi hembusan. Namun tidak bisa prediksi kapan (waktu erupsi, red). Dan akhirnya terjadi pagi tadi,” tambahnya.

Meski mengeluarkan abu vulkanik yang cukup banyak, status Gamalama masih tetap Waspada (Level II). Pos Pemantau sendiri telah menetapkan batas aman dari kawah gunung yakni sejauh 1,5 kilometer. ”Kami berharap masyarakat tidak terpengaruh dengan isu-isu yang tidak benar, dan bukan berasal dari Pos Pemantau, BMKG maupun BPBD,” imbau Martanto.

Trauma

Di satu sisi, erupsi Gamalama disertai hujan deras kemarin membangkitkan kembali trauma di benak warga yang bermukim di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Tugurara. Trauma tersebut setia menyapa warga Kecamatan Ternate Utara sejak 2011 silam.

Tak heran, lima tahun lalu erupsi Gamalama memang memasuki salah satu masa terkelamnya. 15 warga Kelurahan Tubo menjadi korban jiwa. Selain Tubo, warga Kelurahan Akehuda dan Dufa-Dufa juga menyimpan ketakutan serupa.

Ismail Anwar, salah satu warga Tubo menuturkan, ia dan para tetangga yang tinggal di bantaran DAS Tugurara sejak dini hari kemarin tak bisa lagi lelap. Pasalnya, sejak pukul 01.00 gemuruh mulai terdengar dari puncak gunung. ”Dari tadi malam sudah tidak bisa tidur, pas dengar gemuruh gunung itu. (Apalagi ditambah, red) hujan lagi. Trauma kami,” tuturnya kepada Malut Post, kemarin (3/8).

Diakuinya, bayangan buruk kejadian erupsi 2011 silam masih menghantui warga di situ. Pascaerupsi, banjir lahar dingin yang terus terjadi hingga awal 2012 akhirnya meminta korban jiwa. Selain 15 warga tewas, tujuh warga lainnya hanyut terbawa banjir dan tak dapat ditemukan hingga kini. Belum lagi kerusakan massal yang menimpa tempat tinggal mereka. ”Kami takut terjadi seperti 2011 lalu,” katanya pelan.

Di tempat terpisah, salah satu warga Kelurahan Kulaba, Kecamatan Pulau Ternate Fahmi Anwar mengungkapkan, sebelum terjadi hembusan pagi kemarin, warga setempat telah mendengar suara gemuruh keras sejak dini hari. ”Awalnya kami kira ada penerbangan malam. Ternyata saat keluar rumah, padahal suara itu adalah suara Gunung Gamalama,” ungkapnya.

Tak lama setelah gemuruh, abu vulkanik mulai menyembur turun. Meski lokasinya relative dekat dengan Gamalama, Kulaba, tempat situs sejarah Batu Angus berada, merupakan salah satu lokasi yang tak begitu merasakan dampak hembusan abu. ”Jadi abu vulkanik itu bukan turun pagi tadi, tetapi dari jam 01.30 dini hari sudah keluar. Setelah suara gemuruh,” ujarnya.

Tingginya curah hujan di Kota Ternate juga menambah kekhawatiran warga. Kepala Stasiun BMKG Bandara Babullah Sulimin saat ditemui menyatakan potensi curah hujan tinggi masih akan terjadi hingga akhir Agustus. ”Sementara ini Maluku Utara masih akan mengalami potensi hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi,” paparnya saat ditemui di ruang kerjanya kemarin.

Menurut Sulimin, cuaca ekstrim yang diprediksi berlangsung hingga tiga hari ke depan membuat pihaknya mengeluarkan imbauan kepada masyarakat Ternate. Terutama warga yang tinggal di bantaran DAS. Material gunung sisa erupsi yang masih berada di DAS dapat membahayakan bila sewaktu-waktu terjadi banjir lahar dingin. ”Kami minta mereka (warga di bantaran, red) waspada. Apalagi saat ini potensi curah hujan dengan intensitas tinggi, juga disertai dengan hembusan abu vulkanik Gunung Gamalama,” tandasnya.(tr-05/kai)

Erupsi Gamalama

*Erupsi terjadi Rabu (3/8) sekira pukul 06.28 WIT
*Menyemburkan abu vulkanik setinggi sekitar 500 hingga 600 meter dari kawah gunung ke arah tenggara, utara dan selatan
*Erupsi diduga dipicu gempa bumi berkekuatan 4,6 skala Richter (SR), sekitar 86 kilometer dari barat daya Halmahera Barat dengan kedalaman 18 Km
*Bandar Udara Sultan Babullah ditutup sejak pukul 08.00 kemarin hingga pukul 10.00 Kamis (4/8) hari ini.

Sumber: http://portal.malutpost.co.id/en/welcome/item/21975-diiringi-hujan-warga-trauma

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *