Dodaga – Tanganiki, pria paruh baya terpaksa pasrah menghadapi api yang merembet masuk kebun beliau. “Tiga kobong yang ada isi pala deng kalapa tabakar samua” ungkapnya saat ditemui di dusun Rai Tukur-Tukur. Peristiwa tersebut terjadi ketika musim kemarau panjang berlangsung dari September sampai November 2015.
Nasib serupa juga dialami sebagian besar masyarakat adat Dodaga. Ribuan hektar hutan dan lahan mereka terbakar hangus. Si jago merah tersebut membakar habis perkebunan warga. Dusun Totodoku yang berada di dalam kawasan hutan juga hampir terbakar jika pencegahan lambat dilakukan masyarakat setempat.
“Kurang lebih 3.000 hektar luas hutan dan lahan di wilayah adat Dodaga yang terbakar hangus kemarin” kata Jems Ngoranoka, tokoh pemuda Dodaga yang ditemui di lokasi bekas kebakaran.
Sumber api tersebut tidak diketahui berasal dari mana. Namun Jems menduga ada oknum tertentu dengan sengaja membuang puntung rokok yang apinya masih hidup ke dalam rumput kering, sehingga dengan mudah terbakar sampai merembet lebih luas. Jems mengatakan mereka perna menemukan puntung rokok yang belum mati apinya di sekitar jalan Subaim – Buli.
Jems juga mengatakan bahwa titik api pertama muncul di sekitar dusun Rai Tukur-Tukur, lalu tiba-tiba sudah ada titik api di tempat yang berbeda, setelah itu semakin meluas kemana-mana. Warga telah berupaya untuk memadamkan api dengan menggunakan batang kayu dan pelepah pisang, namun karena upaya tersebut sia-sia. Sebagian bahkan bertahan di kebun mereka sambil melakukan upaya seadanya untuk mencengah api masuk ke kebun mereka. “Sulit kase mati api, karena titik api sangat banyak, terus bukan cuma di dataran, ada juga di gunung yang susah di jangkau” lanjut Jems.
Menurut Jems upaya pemadaman api juga dilakukan oleh Pemerintah Halmahera Timur, lewat BPBD dan Dinas Kehutanan. Namun karena keterbatasan peralatan pendukung, sementara kebakaran sangat luas, upaya tersebut tidak berlangsung lama. Pemerintah bahkan menyerah menghadapi kobaran api yang terus-menerus meluas.
Kebakaran lahan ini menyebabkan masyarakat harus mengalami kerugian secara ekonomi. Tanaman berupa pala, kelapa, dan cengkeh terbakar hangus. Terutama kebun milik masyarakat adat di dusun Rai Tukur-Tukur dan dusun Totodoku, desa Dodaga. Kerugian bisa di taksir mencapai ratusan juta rupiah. “Warga di Tukur-Tukur ini pe pala yang tabakar itu so siap-siap panen, tapi karena so tabakar, jadi mau bagimana lagi” kata Tanganiki dengan raut wajah sedih
Kebakaran hutan dan lahan bukan saja terjadi di wilayah adat Dodaga. Titik api kebakaran ini hampir merata di semua kabupaten dan kota di Maluku Utara. Namun upaya pencegahan dari pemerintah tidak berlangsung maksimal, sehingga semakin meluas dan dampak kerugian yang timbul semakin besar. (mk)