TERNATE- Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Maluku Utara (AMAN Malut) menggelar training Konvergensi Media dan Proses Monitoring CMBIS di Maluku Utara. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Rumah AMAN Malut dengan melibatkan beberapa perwakilan dari komunitas masyarakat adat. Kegiatan ini bertujuan mendorong supaya masyarakat adat dapat menggunakan Handphone sebagai media kampanye maupun menyampaikan informasi yang terkait dengan potensi yang di miliki masyarakat adat.
Proses monitoring Community- Based monitoring and information systems (CBMIS) atau monitoring dan sistim informasi berbasis masyarakat ini merupakan pelatihan yang pertama kali bagi masyarakat adat di Indonesia. Narasumber yang hadir Farid Wajdi dan Abdul Rifai Sumaila dari Direktorat Urusan Informasi dan Komunikasi, Pengurus Besar AMAN (PB AMAN). Selasa 30- 3 Fabruari 2016.
Dalam sambutan pembukaan Ketua AMAN Wilayah Malut Munadi Kilkoda mengatakan, Kegiatan ini sangat penting bagi kader-kader masyarakat adat untuk membantu komunitasnya dalam memperjuangkan hak-hak mereka.
Karena itu, menurut Munadi, lewat aplikasi ini masyarakat adat lebih aktif menyuarakan informasi yang mereka miliki ke public, baik itu potensi sumberdaya alam maupun masalah yang mereka hadapi.“ Ini akan menjadi informasi yang penting ketika kita menuntut hak kita dikembalikan oleh negara”. Jelasnya.
Selain itu beliau menuturkan, kita tidak bisa harapkan di media mainstream untuk meliput isu-isu masyarakat adat, hanya kita yang bisa melakukan perubahan melalui informasi yang kita berikan. Makanya kader-kader yang sudah dilatih sekembalinya dapat bekerja membantu komunitasnya melalui informasi tadi.
Peserta diajarkan mengunakan Handphone (HP) Nokia 105 untu kaplikasi CBMIS sehingga jika berada di komunitas mereka bisa mengirim pesan informasi tentang masyarakat adat menggunakan Twitter, cukup dengan sms tanpa harus mengunakan HP Android yang mengandalkan internet. Peserta juga di ajarkan cara kampanye lewat data colekting, visualisasi data dan menyebarkan informasi yang lebih menarik terutama dalam bentuk visualisasi gambar.
Farid Wajdi mengatakan, penting untuk masyarakat adat mengenalkan diri lewat media sosial. Melalui aplikasi ini kita bisa mengkampanyekan sumber daya alam yang kita punya, seperti yang sudah dilakukan anggota AMAN melalui pemetaan partisipatif, studi etnografi, peningkatan kapasitas dengan pemberdayaan ekonomi, jasa lingkungan dan lain sebagainnya.
“Komunitas yang tidak ada jaringan internet, bisa memberi informasi lewat HP, cukup gunakan jaringan telkomsel dengan aplikasi CBMIS yang akan diresmikan pada bulan Maret 2017 nanti. Olehnya itu, sambil menunggu aplikasinya sementara kita pakai FrontlineSMS (sms Gateway) ” katanya.
Ia menjelaskan, sumber informasi yang kita punya dan strategi kampanye untuk mendapatkan pengakuan serta melindungi sumberdaya alam yang dimiliki. Sehingga proses monitoring ini secara berkesinambungan diperlukan untuk kampanye isu-isu Masyakat Adat.
Kata Farid proses monitoring berbasis komunitas masyarakat adat ini bertujuan untuk mendapatkan informasi sebagai salah satu senjata kampanye, dimana propaganda perusahaan dan ketidak-berpihakan media mainstream, masih mendominasi konvergensi media yang disebarkan dalam jaringan data.
Sementara itu di sesi terakhir kegiatan, Abdul Rifai berharap. Setelah kegiatan ini kita bisa menggunakan aplikasi CBMIS dengan baik sehingga di Pengurus Besar, Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah bisa mendapat informasi dari komunitas terkait isu-isu yang dikirim dari komunitas. (ADI).